Penipuan Telegram Komisi

Penipuan Telegram Komisi

Tip 1. Pilih kata sandi yang kuat untuk akun Telegram

Hindari penggunaan kata sandi yang mudah diketahui pada akun Telegram anak Anda. Bantuan mereka memilih kata sandi yang merupakan kombinasi huruf besar/kecil, kata, dan simbol.

Ini adalah kisah tragis yang harus kuhadapi pada tanggal 17 Ramadan 1445 Hijriyah atau 28 Maret 2024 lalu. Di masa pensiun, ketika sudah tidak lagi menerima gaji, aku terjebak dalam penipuan “menyelesaikan misi bersama” dalam mempromosikan Drama Korea iQIYI atas nama PT Fastech Media Indonesia. PT Fastech Media Indonesia sendiri sepekan setelah kejadian melalui Instagram telah menyatakan bahwa event iQIYI itu adalah hoax, .

Pada awalnya, aku enggan menceritakan, bahwa aku telah tertipu dan rekening tabunganku disapu bersih penipu, namun memutuskan untuk menceritakannya setelah mengetahui, masih ada saja, yang tertipu dengan modus kurang lebih sama.

Ketika aku bercerita bahwa aku telah tertipu dan uang tabunganku melayang hingga Rp86,5 juta, respon yang kuterima hampir serupa,” Lho, kok bisa?” Sejujurnya, itu pertanyaan yang sama dari diriku sendiri. Kok bisa aku tertipu? Sebagai orang yang dianggap memiliki wawasan cukup luas terkait berbagai masalah ekonomi bisnis, cukup aneh jika tertipu. Qodarullah, aku memang tertipu. Terasa konyol dan bodoh, tapi itulah yang terjadi. Aku sedang lengah.

Saat itu, siang hari sekitar pukul 10.30, aku tengah merebahkan diri setelah terapi sambil membaca berbagai pesan grup di aplikasi telegram. Ada grup yang asing dan aku tidak tahu siapa yang mengundang. Aku diajak ikut mempromosikan Drama Korea, dan dijanjikan dapat komisi. Pada awalnya aku menolak dan keluar dari grup. Namun, tak lama kemudian, seorang bernama Mifta Zahla mengirim pesan dan mau membantuku jika ada kendala.

“Saya akan bantu Kakak, jika ada kendala,”kata Mifta dalam pesan pribadi di Telegram.

“Tidak ada kendala apa-apa, saya hanya tidak tertarik dan tidak mau ikut,” jawabku.

Mifta terus berusaha meyakinkanku untuk ikut event tersebut, dan singkat cerita, akhirnya aku terbujuk untuk bergabung melakukan tugas mempromosikan Drama Korea. Mifta mengarahkan aku ke seorang mentor bernama Irfan Leosandi dan mengaktifkan tugas, dengan beberapa opsi pembayaran dan komisi yang didapat.

Mentor Irfan mengarahkanku untuk bergabung ke Grup Telegram Kombinasi 669. Di dalam grup itu, Mentor Irfan memberikan 10 tugas, yang harus dilakukan para peserta, yang saat itu sebanyak 11 orang. Pada awal pelaksanaan tugas, para peserta diarahkan untuk memilih satu dari 3 opsi, dengan biaya dan komisi yang berbeda. Saya memilih opsi dengan biaya paling murah, karena saat itu hanya coba-coba, yakni 100.888 dengan komisi sekitar 21 ribu rupiah. Setelah membayar 100.888 dan menjalankan tugas dengan menscreenshot poster iklan drama korea, aku menerima dana sekitar 121 ribu rupiah yang ditransfer ke rekeningku. Setelah itu, Mentor Irfan mengarahkanku untuk melakukan top up, dengan opsi satu juga sebesar 500 ribu rupiah, dan memberikan tugas berikutnya. Setelah selesai, dana sebesar 600.000 rupiah masuk ke rekeningku. Nilai top up kemudian naik menjadi 2.800.000 untuk opsi 1, 4.800.888 (opsi 2) dan 8.800.888 (untuk opsi 3). Setelah membayar 2.800.000 dan menyelesaikan tugas, pihak penyelenggara event tidak menstransfer dana seperti sebelumnya dan Mentor Irfan memberikan tugas berikutnya hingga tugas ke 7. Pada tugas ke 7 ini, Mentor Irfan mendorong untuk melakukan top up senilai 13.000.888. Aku mulai ragu. Mentor Irfan menyebut, para peserta harus melakukan top up jika ingin pencairan dana yang telah dibayarkan beserta komisinya. Seluruh peserta begitu semangat membayar biaya top up dan mengirimkan screenshot bukti transfer top up. Di tengah keraguanku membayar biaya top up, salah seorang peserta dalam Grup Kombinasi 669 ini, mengirim pesan pribadi dan mengatakan bahwa ia juga ikut event karena tetangganya benar-benar menerima komisi dari event ini.

Aku seperti orang yang terhipnotis kehilangan akal. Aku terus transfer ke nomor rekening Bank DBS yang dituju:1707659799, atas nama Sandra Aliyah sebesar 13.800.888 hingga tugas ke 10, harus transfer 26.000.888. Aku mulai panik dan marah. Aku masih berpikir untuk bisa mencairkan uang yang sudah kutransfer, hingga mau melakukan transfer. Aku pikir aku bisa menyelamatkan uangku.

Daar! Seperti petir di siang bolong, aku tersadarkan, bahwa komisi tidak cair, meski telah menjalankan tugas ke 10 atau tugas terakhir. Mentor Irfan menyebut, para peserta harus membayar pajak 33 juta agar bisa mencairkan seluruh dana yang telah disetorkan beserta komisi sebesar 99 juta rupiah. Aku mulai marah dan berdebat panjang dengan Mentor Irfan. Sementara, peserta lainnya dengan mudah menyerahkan dana 33 juta rupiah agar bisa mencairkan dana 99 juta rupiah tersebut. Dua dari 11 peserta, mendapatkan pencairan dana 99 juta dan keduanya diijinkan untuk keluar grup, sementara 9 peserta sisanya, masih harus menyetorkan dana 33 juta rupiah. Aku tidak mau membayar 33 juta yang disebut Mentor Irfan sebagai pajak untuk menghindari money laundering. Alasan yang tidak masuk akal bagiku. Selain itu, aku juga sudah tidak punya uang lagi.

Mentor Irfan marah dan mendesak agar aku segera mencari pinjaman, termasuk pinjaman online. Aku menolak pinjaman online. Irfan pun terus mendesak agar aku membayar dan menyarankan aku untuk meminjam ke orang yang sudah mendapatkan pencairan dana. Satu dari dua orang peserta, yang disebut telah menerima pencairan dana 99 juta, bernama Ridduwaan, bersedia membantu 20 juta rupiah dan dikirimkan langsung ke rekening Sandra Aliyah. Sementara aku harus menambahkan 13,5 juta. Akhirnya aku menyetujui untuk mengirimkan 13,5 juta rupiah, dari dana di rekeningku yang tinggal tersisa 15 juta rupiah, yang kukirimkan ke rekening BCA nomor 9503113500888 atas nama Ayuni Adha Febbyaningtyas. Ridduwaan meminjami uang 20 juta, namun tidak mengirimkan uangnya ke rekeningku, melainkan langsung ke penyelenggara, atas nama Sandra Aliyah. Setelah aku mentransfer dana tersebut, tetap saja tidak cair, dengan alasan, sistem sedang limit score, karena banyak pencairan senilai 100 juta, sehingga peserta harus menambah setoran 10 juta untuk bisa mencairkan dana beserta komisi 150 juta. Mentor Irfan menyebut, pihak perusahaan telah memberikan keringanan, dari yang seharusnya membayar 50 juta rupiah.

Aku sudah menyerah. Semua anggota grup setor lagi 10 juta kecuali aku. Mereka mengirimkan screenshot transferan 150 juta untuk meyakinkan bahwa komisi yang dijanjikan benar-benar nyata.

Aku tetap menyerah, aku harus berhenti. Mentor Irfan marah dan menyebut aku satu-satunya dari 10 ribu peserta yang paling bawel dan tidak mau usaha.

“Gunakan otak sehat. Uang 150 juta tidak akan cair kalau tidak menambah 10 juta, “ kata Irfan.

“Kamu harus berusaha maksimal seperti yang lain. Mereka bisa pinjam ke sana kemari untuk bisa memenuhi setoran, ” lanjut Irfan.

Meski “hanya” 10 juta, aku tetap harus berhenti. Aku sudah kehilangan seluruh tabunganku, dan aku tidak mau menambah utang yang 10 juta.

Keesokan harinya, Mifta mengirim pesan agar aku membayar 10 juta agar pencairan 150 juta bisa dilakukan. Dia terus mendesak dan bahkan menyarankan untuk pinjam uang 10 juta ke Pinjol. Dia juga mengaku perusahaannya sudah memberikan keringanan penurunan setoran dari seharusnya 50 juta.

Aku terguncang, marah dan merasa bodoh. Aku didera penyesalan karena terbujuk untuk mencoba ikut serta event promosi drama Korea. Namun, aku harus fokus mengatasi masalah keuanganku. Ini adalah pelajaran bagiku, untuk tidak lengah menghadapi berbagai macam modus penipuan yang sangat marak terjadi. Korban penipuan terus ada, setelah aku, dengan modus yang kurang lebih sama. Pada pertengahan bulan Mei, setidaknya ada dua orang yang kena tipu, dengan kerugian 147 juta dan 120 juta rupiah. Beware! Banyak penipu yang siap menyapu bersih saldo rekening Anda dengan berbagai cara. (JG)

Diluncurkan pada 14 Agustus 2013, Telegram saat ini menjadi salah satu platform perpesanan terpopuler. Saat ini memiliki lebih dari 900 juta pengguna aktif bulanan. Sebagian besar pengguna ini lebih memilih Telegram karena tingkat privasi dan keamanannya yang tinggi. Ada juga fitur berbagi file berukuran besar, tidak seperti kebanyakan platform media sosial yang hanya mengizinkan berbagi file berukuran bit.

Pada April 2020 hingga 2024, Telegram tumbuh sebanyak 500 juta pengguna. Di antara pengguna tersebut terdapat penipu yang ingin memanfaatkan pengguna lain. Belakangan ini terjadi peningkatan Telegram penipuan secara nasional. Oleh karena itu, kami menganggap pantas bagi pengguna untuk mempersenjatai diri dengan pengetahuan yang diperlukan untuk melindungi diri dari penipuan ini.

Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi delapan penipuan Telegram yang umum terjadi pada tahun 2024 dan memberikan tips tentang cara mengidentifikasi dan menghindarinya.

Mengapa Telegram digunakan oleh penipu?

Telegram terkenal dengan fitur keamanannya yang luar biasa, termasuk enkripsi ujung ke ujung dalam obrolan rahasia dan penyimpanan pesan berbasis cloud. Daya tarik Telegram bagi para penipu terletak pada fitur-fitur tersebut, karena ia melindungi setiap pengguna, termasuk para penipu. Penggunaan obrolan rahasia dan kemampuan untuk tetap anonim dengan menyembunyikan nomor telepon Anda memungkinkan penipu melakukan aktivitasnya dengan bebas.

Tentang Bot Telegram Penghasil Saldo DANA

Sesuai namanya, bot Telegram penghasil saldo DANA gratis adalah aplikasi bot yang diklaim bisa menghasilkan uang atau saldo DANA secara gratis bagi penggunanya.

Cara kerjanya cukup sederhana. Bot akan meminta penggunanya untuk membagikan kode referral. Jika ada yang berhasil masuk melalui kode tersebut, maka kamu akan diberikan komisi dengan nominal sesuai dengan ketentuan dari masing-masing pembuat bot.

Penghasilan dari bot atau channel Telegram ini beragam, mulai dari Rp1.000 per referral hingga ratusan ribu. Namun biasanya, kamu akan diminta melakukan deposit terlebih dahulu untuk bisa mencairkan dana yang sudah dikumpulkan dari mengerjakan misi.

Tip 2. Ajarkan tentang penipuan daring dan taktik umum

Phishing adalah salah satu penipuan Telegram yang umum di mana anak-anak lebih mungkin menjadi mangsanya. Anak-anak Anda harus mewaspadai dampak negatif dari mengklik tautan yang mencurigakan, karena akun mereka dapat diretas dan digunakan untuk mendapatkan informasi sensitif dari orang tua.

Penipuan verifikasi palsu

Penipuan ini menipu pengguna agar membagikan informasi pribadi atau melakukan pembayaran dengan kedok memverifikasi akun Telegram mereka. Penipu mungkin mengklaim bahwa kegagalan menyelesaikan proses verifikasi akan mengakibatkan penangguhan akun, sehingga mendorong pengguna untuk bertindak cepat tanpa memverifikasi keabsahan permintaan tersebut.

penipuan terbaru di Telegram pada tahun 2024

Sebagian besar penipuan Telegram dilakukan oleh pengguna yang bersembunyi di balik fitur anonim, berpura-pura menjadi seseorang yang bukan dirinya, memanipulasi emosi, atau menawarkan peluang finansial menguntungkan yang sulit untuk ditolak.

Di bawah ini, kami telah menguraikan delapan penipuan Telegram paling umum yang menjadi korban banyak pengguna pada tahun 2024:

Penipuan peniruan identitas peringkat AI-gen

Penipu kini menggunakan Kecerdasan Buatan (AI) untuk menyamar sebagai anggota keluarga, teman, pejabat pemerintah, dan orang tepercaya lainnya. Seringkali, mereka melakukan hal ini dengan mengkloning suara, membuat audio/video, atau menggunakan gambar palsu untuk membuat Anda yakin bahwa Anda sedang berbicara dengan orang tepercaya, pejabat, atau anggota keluarga. Dengan AI, mereka menciptakan interaksi realistis yang menipu pengguna agar mentransfer uang atau berbagi informasi pribadi.

Di saat krisis global atau bencana alam, penipu mengeksploitasi niat baik masyarakat dengan menyamar sebagai organisasi amal. Mereka mengirimkan pesan mendesak untuk meminta sumbangan, sering kali menggunakan situs web palsu atau tautan sumbangan. Misalnya saja, ketika terjadi keadaan darurat kemanusiaan, para penipu telah menciptakan kelompok amal palsu dan memangsa pengguna Telegram yang tidak menaruh curiga. Kita harus waspada, karena para penipu ini berupaya keras untuk membuat badan amal ini terlihat nyata. Mereka mengirimkan tautan atau permintaan pembayaran, menarik empati pengguna. Para korban sering kali menyumbangkan uang, karena yakin bahwa mereka mendukung tujuan mulia, namun kemudian menyadari bahwa amal tersebut palsu.

Penipuan bot perdagangan AI

Bot perdagangan AI sering kali menganalisis tren pasar dan mengeksekusi perdagangan atas nama Anda. Penipu telah belajar untuk mempromosikan bot perdagangan AI yang menjanjikan keuntungan yang terjamin. Saat Anda terpikat, penipu ini akan meminta Anda memberikan data pribadi yang dapat digunakan untuk meretas akun perdagangan Anda, atau membayar biaya untuk mendapatkan akses ke bot perdagangan ini.

Sayangnya, bot ini palsu dan hanya digunakan untuk menipu pengguna demi mendapatkan uang, dan tidak menawarkan fungsi perdagangan nyata.

Aplikasi Alternatif Bot Telegram Penghasil Saldo DANA 2024

Daripada mengandalkan bot Telegram yang palsu dan menjebak, kamu bisa mendapatkan uang tanpa modal dengan menggunakan beberapa aplikasi penghasil uang terverifikasi dari Jaka. Berikut daftarnya: